Pertanyaan:
Saya baru saja menjadi anggota terapi tenaga dalam sejak 1990. Tujuan saya ingin memiliki kemampuan mengobati diri sendiri dan jika mungkin dapat membantu orang lain. Latihan setiap malam Rabu dan Jumat pukul 20.00 sampai 03.00 dengan proses sebagai berikut;
- Berdoa mohon kepada Allah, yakni mohon keselamatan dan manfaat latihan serta mohon ditingkatkan iman dan takwa
- Duduk nafas (tarik, tekan, lepas) disertai dengan zikir, dilanjutkan dengan tafakkur sambil mencoba mengalirkan tenaga dalam ke kaki, seluruh badan dan tangan
- Latihan jurus disertai zikir dalam hati (banyak jurus)
- Duduk nafas lagi dan doa penutup
Kesimpulan saya sementara tidak bertentangan dengan akidah Islamiyah, namun demikian setelah saya membaca rujukan yang lebih dalam, saya jadi risau. Jika bertentangan, di mana letak kesalahannya? Dan tolong saya diberi informasi agar saya tidak terus menerus dalam kesesatan. Terima kasih
Jawaban:
Dari pertanyaan dapat disimpulkan adanya dua permasalahan, yakni;
1. Tentang tenaga dalam yang antara lain diperoleh dengan cara-cara seperti yang disebutkan
2. Tentang pengobatan
Akan kami jawab satu persatu permasalahan di atas melalui pernyataan para ulama.
Pertama, Tentang Tenaga Dalam
Tenaga dalam merupakan salah satu bentuk ‘khawariqul ‘adah’ (kemampuan luar biasa, adakalanya berasal dari Allah) sebagaimana yang dianugerahkan kepada wali-wali-Nya. Dan ada kalanya berasal dari setan atau jin yang kemudian sering dianggap sebagai anugerah ilahi, padahal bukan.
Menurut para ulama, ‘khawariqul ‘adah’ (kemampuan luar biasa) dapat dibedakan dengan dua tinjauan.
a. Melalui keadaan orang yang mendapatkannya
Apabila orang yang mendapatkannya adalah orang yang bertakwa, dari kalangan ahli tauhid, ikhlas dalam beribadah, tidak mengamalkan amalan-amalan bukan termasuk pelaku maksiat, maka apabila ia mendapatkan ‘khawariqul ‘adah’ berarti itu merupakan anugerah Allah
Sebaliknya apabila yang mendapatkannya bukan dari kalangan ahli tauhid, seperti halnya orang-orang yang suka melakukan perbuatan syirik, misalnya memohon kepada patung atau kuburan orang-orang yang dikeramatkan maka yang diperolehnya adalah ‘khawariqul ‘adah’ (kemampuan luar biasa) yang berasal dari setan. Begitu pula bila yang memperoleh adalah yang suka melakukan perbuatan maksiat misalnya membaca zikir-zikir yang tidak sesuai.
Seperti dengan membatasi jumlah-jumlah, bentuk-bentuk, suara-suara, atau cara-cara tertentu yang tidak ada contohnya dalam syari’at. Apabila demikian keadaan orangnya, maka ‘khawariqul ‘adah yang diperoleh adalah berasal dari setan.
b. Melalui sebab diperolehnya ‘khawariqul ‘adah’
Khawariqul ‘adah yang berasal dari Allah hanya bisa diperoleh dengan ketaatan, keimanan dan ketakwaan. Selain itu Islam tidak mengajarkan seorang muslim untuk beribadah untuk tujuan mendapatkan ‘khawariqul ‘adah' (kemampuan luar biasa). Justru itulah yang membedakan antara yang berasal dari Allah dan yang berasal dari setan.
Yaitu bahwa ‘khawariqul ‘adah’ yang berasal dari Allah tidak bisa dipelajari apalagi dibakukan menjadi semacam ‘ilmu kedigdayaan’, sedangkan yang berasal dari setan bisa dipelajari dan bisa dibakukan menjadi suatu ilmu. Sekalipun secara zahir dilakukan dengan membaca ayat atau dikir. Sebagaimana difirmankan Allah.
“Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir iru mereka dapat menceraikan antara suami dan istrinya” (QS. Al Baqarah: 102)
Ayat tersebut menunjukkan, bahwa ‘khawariqul ‘adah’ yang dapat dipelajari adalah sihir yang berasal dari setan.
Kedua, Masalah Pengobatan
Kesimpulannya, tenaga dalam yang dipelajari berarti termasuk bentuk kemampuan luar biasa yang bukan berasal dari Allah, sebab kemampuan luar biasa tersebut diperoleh dengan cara-cara khusus, sekalipun dibungkus dengan doa-doa, zikir-zikir yang seolah-olah Islami.
Padahal bisa jadi doa-doa serta zikir-zikir tersebut, adalah doa-doa serta zikir-zikir yang bertentagan. Apalagi dengan tujuan untuk memperoleh tenaga dalam yang itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Sallam.